Sukses

Drama Penerbangan Lufthansa Menuju Jerman, Mahasiswa India Serang 2 Remaja dengan Garpu

Kedua remaja itu sedang tidur ketika mahasiswa India itu menyerang mereka dengan garpu.

Diterbitkan 30 Oktober 2025, 08:00 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Suasana di dalam kabin pesawat Lufthansa 431 yang tengah melintasi Samudra Atlantik pada Sabtu malam, 25 Oktober 2025, awalnya berlangsung tenang seperti penerbangan jarak jauh pada umumnya. Namun, ketenangan terusik seketika saat seorang mahasiswa India menyerang dua remaja dalam penerbangan yang sama.

Melansir New York Times, Selasa, 28 Oktober 2025, mengutip dokumen pengadilan dari Kantor Kejaksaan Amerika Serikat di Massachusetts, Praneeth Kumar Usiripalli, seorang mahasiswa S2 berusia 28 tahun, bangkit dari kursinya. Ia lalu mendekati seorang remaja laki-laki berusia 17 tahun yang sedang tertidur lelap di kursi tengah. 

 

Tanpa provokasi atau peringatan apa pun, Usiripalli menerjang remaja tersebut menggunakan garpu logam yang berasal dari set alat makan pesawat. Serangan pertama itu mengenai area klavikula kiri atau tulang selangka korban, sebuah tindakan yang mengejutkan penumpang di sekitarnya.

Tidak berhenti di situ, Usiripalli dengan cepat mengalihkan serangannya kepada remaja kedua yang juga berusia 17 tahun dan duduk di sebelahnya. Menggunakan garpu yang sama, ia menikam korban kedua di bagian belakang kepala, menyebabkan luka sayat. Serangan terjadi secara acak dan menyasar korban yang rentan ini sontak menciptakan kepanikan dan kekacauan di dalam kabin.

 

 

Promosi 1
2 dari 4 halaman

Ancam Awak Kabin dan Penumpang Lain

Ketika para pramugari dan penumpang lain mencoba mengendalikannya, Usiripalli tidak menunjukkan tanda-tanda penyesalan atau ketenangan. Upaya awak kabin untuk menenangkan dan mengamankan Usiripalli memicu eskalasi perilaku yang lebih mengancam. 

Usiripalli membuat gestur membentuk pistol dengan jarinya, lalu meletakkan di dalam mulutnya, dan menarik pelatuk imajiner seolah-olah hendak bunuh diri. Gestur dramatis ini mengirimkan gelombang ketakutan baru ke seluruh kabin, karena menunjukkan kondisi mental pelaku yang sangat tidak stabil dan tidak dapat diprediksi.

 

Segera setelah aksi tersebut, Usiripalli berbalik dan tanpa ragu menampar seorang penumpang wanita yang berada di dekatnya. Kekerasannya tidak berhenti pada penumpang, ia juga mencoba menyerang seorang anggota awak kabin yang berusaha menahannya. Perilaku yang semakin tidak terkendali dan membahayakan ini memaksa pilot mendaratkan pesawat secara darurat. 

3 dari 4 halaman

Terancam Penjara 10 Tahun dan Denda Miliaran Rupiah

Demi keselamatan seluruh penumpang dan kru, pilot mengalihkan rute penerbangan dari tujuan aslinya, Frankfurt, Jerman, dan mendarat di bandara terdekat yang memadai, yaitu Bandara Internasional Logan Boston. Setibanya di Boston, mahasiswa India itu langsung ditahan otoritas federal AS.

Kini, ia menghadapi konsekuensi hukum yang sangat serius. Ia didakwa di Pengadilan Distrik AS di Massachusetts dengan satu tuduhan federal menyerang dengan senjata berbahaya dengan maksud melukai tubuh saat berada dalam yurisdiksi pesawat khusus Amerika Serikat.

Jika terbukti bersalah, Usiripalli terancam hukuman penjara maksimal hingga 10 tahun, diikuti dengan masa pembebasan bersyarat di bawah pengawasan hingga tiga tahun. Selain itu, ia juga dapat didenda sangat besar, mencapai USD 250.000 atau sekitar Rp 4 miliar. 

4 dari 4 halaman

Status Keimigrasian Mahasiswa India di AS Perberat Kasus

Fakta yang memberatkan posisinya adalah status keimigrasiannya. Otoritas federal mengonfirmasi bahwa meskipun Usiripalli pernah masuk ke AS secara sah dengan visa pelajar, ia "saat ini tidak memiliki status hukum yang sah di Amerika Serikat."

Latar belakangnya sebagai seorang mahasiswa pascasarjana yang mempelajari studi biblikal menambah lapisan ironi yang suram pada kasus kekerasan brutal ini. Nasibnya kini akan ditentukan pengadilan federal AS, sementara ia menunggu jadwal persidangan di Boston.

Dalam kasus berbeda, seorang penumpang gelap ditemukan tewas di dalam pesawat American Airlines yang baru saja mendarat di Bandara Internasional Charlotte Douglas, Minggu pagi, 28 September 2025. Menurut keterangan Departemen Kepolisian Charlotte-Mecklenburg, mayat itu ditemukan sekitar pukul 09.00 di ruang roda pendaratan pesawat ketika kru memeriksa rutin setelah penerbangan dari Eropa.

Pihak maskapai menyampaikan duka cita dan berkomitmen untuk bekerja sama dalam penyelidikan insiden tersebut. Pihak bandara juga menegaskan bahwa operasional penerbangan tetap berjalan normal, dikutip dari laman gephardtdaily, Selasa, 30 September 2025.

EnamPlus