Sukses

Di Balik Tren Thrifting Baju Bekas, Dokter Ingatkan soal Risiko Infeksi Kulit

Di balik keuntungan ekonomis dan nilai ramah lingkungannya, praktik thrifting baju bekas ternyata menyimpan risiko bagi kesehatan kulit.

Diterbitkan 28 Oktober 2025, 16:00 WIB

Liputan6.com, Jakarta Tren thrifting atau membeli baju bekas kini makin digemari, terutama di kalangan anak muda yang ingin tampil gaya tanpa harus merogoh kocek dalam. Di balik keuntungan ekonomis dan nilai ramah lingkungannya, praktik ini ternyata menyimpan risiko bagi kesehatan kulit.

Dokter spesialis dermatologi, venereologi, dan estetika Arini Widodo mengungkapkan beragam risiko kesehatan kulit yang mungkin dihadapi seseorang ketika melakukan thrifting pakaian bekas.

Arini mengungkapkan risiko seseorang terkena infeksi kulit begitu besar karena ada banyak beragam penyakit yang bisa muncul saat konsumen membeli baju bekas.

"Pakaian bekas ini tidak bisa dijamin kebersihannya, baik dari proses penjualannya, pengirimannya, ataupun kebersihan dari pemakai sebelumnya," kata Arini mengutip Antara.

Ada beberapa agen infeksi yang bisa muncul seperti bakteri, jamur, virus dan parasit (tungau dan kutu) kemudian berpotensi menyebar melalui pakaian.

Misalnya baju bekas yang telah menjadi sarang parasit tungau dapat menyebabkan seseorang mengalami scabies atau kudis. Kondisi ini membuat kulit terasa gatal dan apabila di malam hari keinginan menggaruk biasanya terjadi lebih sering oleh penderitanya.

 

Promosi 1
2 dari 3 halaman

Bisa Picu Eksim

Apabila baju bekas tersebut terlalu lama disimpan dan berdebu maka penggunanya bisa mengalami eksim. Kondisi itu bisa kulit seseorang dapat menjadi gatal dan meradang. Apabila tidak ditangani dengan tepat dan terus digaruk maka kulit penderitanya bisa saja melepuh.

 Dokter yang juga Kepala Departemen Dermatologi Universitas Kristen Krida Wacana itu mengatakan saat membeli, mungkin akan mencoba pakaian terlebih dahulu. 

"Hal ini bisa menyebabkan berpindahnya cairan-cairan tubuh antara konsumen yang satu dengan yang lainnya," katanya.

Cairan-cairan tubuh seperti keringat ataupun air liur juga termasuk sebagai medium yang mungkin menyebabkan infeksi pada seseorang dan tentunya ini menjadi risiko yang tak kalah berbahaya apabila ternyata agen infeksinya bertahan di pakaian bekas tersebut.

 

3 dari 3 halaman

Potensi Masalah Kesehatan Lain

Arini menyebutkan pernah ada temuan bahwa pakaian bekas bisa menyimpan virus pernapasan seperti influenza. Lalu, pakaian bekas tersebut yang melewati banyak tangan sebelum mencapai konsumen terakhir tentunya membentuk rute penularan infeksi.

Masalah kesehatan lainnya yang dapat timbul dalam thrifting baju bekas juga bisa bersumber dari bahan kimia yang disemprotkan maupun digunakan penjual untuk mendisinfeksi pakaian bekas.

"Penyemprotan ini juga bisa menimbulkan efek samping lain jika uap dari bahan kimia ini terhirup secara terus menerus. Biasanya efek yang bisa timbul antara lain sakit kepala, pusing, vertigo, mual, muntah, penglihatan kabur, dan bahkan mungkin bisa kejang – kejang," kata Arini.

EnamPlus