Sukses

Harga Minyak Dunia Melonjak Hari Ini, Aksi AS Jadi Penyebabnya

Dolar AS mendekati nilai tertinggi tiga bulan terhadap mata uang utama, membuat pembelian komoditas berdenominasi dolar seperti minyak menjadi lebih mahal.

Diterbitkan 01 November 2025, 08:15 WIB

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak melonjak usai laporan bahwa serangan udara Amerika Serikat (AS) terhadap Venezuela berpotensi dimulai dalam beberapa jam lagi. Namun harga minyak sempat turun setelah Presiden AS Donald Trump mengeluarkan bantahan terhadap laporan tersebut di media sosial.

Dikutip dari CNBC, Sabtu (1/11/2025) , harga minyak mentah Brent naik 6 sen atau 0,09%, pada USD 65,06 per barel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS berada pada USD 60,90 per barel atau naik 33 sen atau 0,54%.

Analis Price Futures Group, Phil Flynn mencatat bahwa Trump sebelumnya membantah laporan rencana serangan terhadap Iran sebelum melancarkan serangan udara terhadap Republik Islam tersebut.

“Pasar jelas terdampak ketika laporan pertama tentang rencana serangan terhadap Venezuela keluar. Jika terjadi serangan di akhir pekan, harga akan melonjak pada hari Senin," kata  kata Flynn.

Amerika Serikat telah mengerahkan satuan tugas yang dipusatkan di sekitar kapal induk terbesar negara itu, Gerald Ford, di lepas pantai Venezuela, jauh melampaui kebutuhan menyerang pengedar narkoba di kapal-kapal kecil, yang telah menjadi fokus aktivitas angkatan laut AS di Karibia dalam beberapa minggu terakhir.

Dolar AS mendekati nilai tertinggi tiga bulan terhadap mata uang utama, membuat pembelian komoditas berdenominasi dolar seperti minyak menjadi lebih mahal.

Sementara itu, sejumlah sumber mengatakan kepada Reuters bahwa Arab Saudi, eksportir minyak utama dunia, mungkin akan menurunkan harga minyak mentah bulan Desember untuk pembeli Asia ke level terendah dalam beberapa bulan, yang menandakan sentimen negatif.

Harga minyak juga turun setelah survei resmi menunjukkan aktivitas pabrik China menyusut selama tujuh bulan pada bulan Oktober.

 

2 dari 3 halaman

Harga Minyak Kompak Turun

Brent dan WTI diperkirakan turun masing-masing 2,9% dan 2,3% pada bulan Oktober karena Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan produsen utama non-OPEC meningkatkan produksi.

Pasokan yang lebih banyak juga akan meredam dampak sanksi Barat yang mengganggu ekspor minyak Rusia ke pembeli utamanya, China dan India.

Survei Reuters memperkirakan harga rata-rata Brent akan mencapai USD 67,99 per barel pada tahun 2025, sekitar 38 sen lebih tinggi dari estimasi bulan lalu. Harga rata-rata WTI diperkirakan mencapai USD 64,83, sedikit lebih tinggi dari estimasi bulan September sebesar USD 64,39.

OPEC+ condong ke arah peningkatan produksi yang moderat pada bulan Desember, kata pihak yang mengetahui pembicaraan tersebut menjelang pertemuan kelompok tersebut pada hari Minggu.

 

3 dari 3 halaman

Ekspor Minyak Mentah

Data Joint Organizations Data Initiative menunjukan, ekspor minyak mentah Arab Saudi mencapai titik tertinggi enam bulan sebesar 6,407 juta barel per hari pada bulan Agustus.

Laporan Badan Informasi Energi AS juga menunjukkan rekor produksi sebesar 13,6 juta barel per hari minggu lalu.

Trump mengatakan pada hari Kamis bahwa China telah setuju untuk memulai proses pembelian energi AS dan bahwa transaksi berskala sangat besar dapat terjadi yang melibatkan pembelian minyak dan gas dari Alaska.

Namun, para analis tetap skeptis apakah kesepakatan perdagangan AS-Tiongkok akan meningkatkan permintaan Tiongkok terhadap energi AS. 

EnamPlus